Mengenal Ciri Khas Dan Manfaat Tanaman Keji Beling

Tanaman yang biasa digunakan sebagai pagar atau pembatas antar kebun di pedesaan Nusantara adalah keji beling. Biasanya, tanaman ini tumbuh berumpun dengan banyak cabang, ranting, dan daun. Tanaman ini dianggap berkhasiat.

Anggota suku Acanthaceae atau Jeruju-jerujuan, keji beling juga dikenal dengan nama-nama seperti keci beling, picah beling (Betawi), ki beling (Sunda), dan enyoh kelo (Jawa). Thomas Anderson (1832-1870) menemukan pohon perdu ini yang berasal dari Madagaskar. Tanaman ini kemudian masuk ke Indonesia.

Keji beling adalah tumbuhan semak yang tingginya mencapai 1-2 m. Batangnya beruas, berambut kasar, dan warnanya hijau. Percabangannya yang menyentuh tanah dan keluar dari akar sehingga bisa dipisahkan dari tanaman induk. Sementara itu, daunnya tunggal dan bertangkai pendek.

Helaian daunnya lanset, memanjang, atau hampir jorong. Tepinya bergerigi, dengan ujung dan pangkalnya yang meruncing, kedua permukaannya kasar. Pertulangan daunnya menyirip dan berwarna hijau. Akarnya tunggang dan berwarna cokelat muda.

Bunganya berwarna putih. Perbungaannya majemuk dan berkumpul pada bulir padat. Mahkota bunga berbentuk corong, terbagi lima, berambut. Benang sarinya berjumlah empat, berwarna putih dan kuning. Buahnya berbentuk gelondong, dan berisi 2-4 biji. Bijinya bulat, pipih, kecil-kecil, dan berwarna cokelat.

Spesies ini tumbuh di hutan, tepi sungai, tebing-tebing, dan sering ditanam sebagai tanaman pagar di pekarangan atau taman. Keji beling tumbuh dari ketinggian 50-1.200 mdpl. Tumbuhan ini juga mudah berkembangbiak di tanah subur, agak terlindung, dan tempat terbuka. Di Jawa, tanaman ini banyak terdapat di pedesaan yang tumbuh sebagai semak. Perbanyakan tanaman ini dilakukan dengan biji dan setek.

Di Indonesia dan Malaysia, sejak dulu keji beling dimanfaatkan dalam tanaman obat. Tanaman ini memiliki khasiat anti diabetes, diuretik, antisifilis, antioksidan, dan antimikroba, dan laksatif. Umumnya, tanaman ini diseduh untuk dijadikan teh. Zat kalium dari tumbuhan ini menyebabkan tumbuhan ini bersifat diuretik sehingga dapat melarutkan batu yang terbentuk dari garam kalsium oksalat pada kantung empedu, kantung kencing, dan ginjal. Kejibeling juga diketahui mengandung polifenol, katekin, kafein, tanin, dan vitamin. Adanya kandungan asam silikat menyebabkan penderita gastritis dilarang meminum rebusan keji beling. Untuk mengurangi rangsangan pada lambung, sewaktu merebus keji beling dicampur dengan daun wungu.

Akarnya biasa dijadikan obat untuk orang yang terkena gigitan ular. Selain itu, daunnya bermanfaat untuk mengobati demam dan kencing bernanah. Namun, saat ini tanaman keji beling sulit ditemukan. Jadi, ada baiknya kita membudidayakan tanaman ini.

Bibit tanaman keji beling dapat diperoleh dengan cara vegetatif, yaitu dengan cara stek batang. Pilih batang tanaman yang tidak terlalu tua atau terlalu muda, lalu potong batang tersebut dengan ukuran 10-20 cm. Kurangi daun pada batang yang sudah dipotong tadi untuk mengurangi oksidasi pada bibit tanaman. Setelah itu, bibit ini ditanam pada media tanah yang telah dicampur pupuk organik. Siram tanah setiap hari untuk memenuhi kebutuhan air tanaman.