Sejarah Kerajaan Mughal Terhadap Agama Islam di India

Kerajaan Mughal adalah salah satu dari tiga kerajaan besar yang dikatakan Badri Yatim dalam bukunya Sejarah Peradaban Islam. Mughal merupakan yang termuda jika dibandingkan dengan Utsmani dan Safawi di Persia. Mughal berdiri selama tiga abad sejak tahun 932 H sampai 1274 H (1526-1857 M). Selama tiga abad inilah Kerajaan Mughal memberikan warna islami di wilayah India hingga Islam tersebar luas di India.

Kerajaan ini didirikan oleh Zahirudin Babur (1482-1530 M) yang dikenal dengan Babar Shah. Ia mewarisi darah Timur Lenk dari ayahnya dan Jenghis Khan dari ibunya. Nama lengkapnya adalah Zahir ad-Din Muhammad Babar ibnu Umar Syekh Mirza ibnu Abi Said ibnu Miransyah ibnu Timur Lenk. Ia mendirikan Mughal setelah menaklukkan Delhi dengan bantuan Alam Khan.

Babur meninggal dalam usia 48 tahun, dengan hanya lima tahun menikmati hasil perjuangannya merintis Kerajaan Mughal. Sebelum ia meninggal, ia telah mengokohkan kekuasaan Mughal dengan mementahkan pemberontakan aliansi kerajaan-kerajaan Hindu. Aliansi tersebut terdiri dari Kerajaan Narasangga, Chitor, Marpar, Amir, Ajmer, Khandiri, bahkan Mahmud Lodi. Aliansi ini dibentuk karena kekuatan Islam yang masih seumur jagung di India dapat menaklukkan Kerajaan Lodi yang cukup kuat. Para raja Hindu membangun aliansi untuk pertahanan bersama.

Setelah Babur meninggal, kepemimpinan di Kerajaan Mughal dipegang oleh Humayun (1530-1556 M), anak dari Babur. Dalam masa pemerintahannya ia banyak mengalami tantangan dan dikejar-kejar musuh. Ia sempat meninggalkan Delhi, dan kembali lagi ke Delhi untuk menduduki takhta Kerajaan Mughal pada 1555 M. Satu tahun setelah kembali ke Delhi ia meninggal dunia.

Pengganti Humayun adalah anaknya yang masih berusia 14 tahun saat naik takhta. Namanya adalah Jalaludin Muhammad Akbar ibnu Humayun ibnu Zahir ad-Din Muhammad Babar. Ia dilahirkan pada 23 November 1542 ketika ayahnya dalam pengejaran musuh. Ia dikenal dengan Sultan Akbar Agung. Pada masa Akbar inilah Kerajaan Mughal mencapai puncak kejayaannya. Stabilitas di berbagai bidang menjadi tolak ukur kejayaan pada masa pemerintahannya.

Pada masa Akbar diterapkan politik sulakhul (toleransi universal). Politik ini memandang persamaan secara umum, tidak memandang etnis maupun agama. Untuk mengembangkan konsep ini, ia mengembangkan konsep Din Ilahi. Sebuah agama yang mencakup semua ajaran agama di India. Ia berpandangan Islam yang minoritas tidak bisa menjamin kekuasaan Mughal, sehingga perlu diadakan hubungan dengan Hindu, Budha, dan agama lain yang ada di India. Akbar meninggal dunia pada tahun 1605 M.

Setelah Akbar, Jahangir (1605-1628 M) naik takhta. Ia memiliki pola berbeda dengan penguasa sebelumnya. Ia cenderung bermewah-mewah. Dalam kepemimpinannya ia mendapatkan perlawanan dari anaknya sendiri, Khusru. Hal ini terjadi karena Khusru tidak menyukai pola hidup bapaknya yang banyak dipengaruhi oleh ibu tirinya, Nur Jahan.

Pemberontakan ini berhasil dipadamkan. Selain pemberontakan dari anaknya Jahangir juga diharuskan menghadapi peperangan dengan penguasa Iran memperebutkan kota Kandahar. Jahangis menunjuk Shah Jahan untuk memimpin peperangan. Namun Shah Jahan memberontak dan melarikan diri karena dijatuhi hukuman oleh Jahangir. Dalam pelarian Shah Jahan meminta perlindungan kepada Mahabat Khan, Mahabat berhasil menangkap Jahangir hingga Jahangir meninggal pada 1627 M.

Shah Jahan melanjutkan kepemimpinan setelah wafatnya Jahangis. Ia naik takhta setelah mengalahkan saudaranya sendiri. Dalam masa pemerintahannya, ia harus melihat pertikaian di antara anak-anaknya yang ingin menjadi penggantinya. Kekuasaannya atas Mughal direbut oleh anaknya Aurangzeb dengan pemberontakan terang-terangan. Hingga akhirnya ia meninggal pada 1658 M dalam usia 74 tahun. Sebelumnya ia ditahan di dalam Benteng Agra.

Setelah merebut kekuasaan Aurangzeb kemudian memimpin Kerajaan Mughal. Dalam kepemimpinannya ia mengajak rakyatnya memeluk Islam. Ia juga banyak memperoleh kemenangan dalam ekspansinya. Ia kemudian wafat pada 1707 M saat usianya sudah tua dan tidak sanggup menjalankan kepemimpinannya di Kerajaan Mughal. Penggantinya adalah sultan-sultan yang lemah dan mengantarkan Kerajaan Mughal ke masa keruntuhan.

Dikatakan juga bahwa dalam pemerintahannya ia bertindak sewenang-wenang dengan menyuruh arca-arca Hindu ditanam di bawah jalan-jalan menuju masjid agar orang Islam dapat menginjaknya setiap hari. Kebijakan ini menimbulkan banyak kritikan dari kalangan Hindu. Di antaranya adalah Kerajaan Rajput. Tindakan inilah dikatakan M. Abdul Karim dalam bukunya Sejarah Pemikiran Peradaban Islam sebagai pembawa Kerajaan Mughal ke masa kemunduran.

Kemunduran Kerajaan Mughal

Indikasi keruntuhan kerajaan ini sebenarnya sudah terlihat pada masa-masa kepemimpinan sebelum Aurangzeb. Indikasi tersebut merupakan benih-benih yang kemudian akan tumbuh menjadi faktor penyebab kemunduran Kerajaan Mughal. Benih-benih tersebut adalah pemberontakan dan masuknya pengaruh asing.

Perebutan kekuasaan oleh pihak internal istana sangat sering terjadi dalam sejarah kerajaan atau kerajaan. Sikap penguasa Mughal terutama Jahangir menurut saya telah merusak suksesi kerajaan yang pada umumnya sangat rawan terhadap konflik. Pada masa ini terjadi pemberontakan anak terhadap bapaknya. Ini merupakan contoh yang tidak baik karena bisa saja penguasa setelahnya akan menirukan model suksesi yang sangat tragis dan seperti tidak berperikemanusiaan. Ini merupakan benih kedua.

Islam merupakan agama minoritas di wilayah Kerajaan Mughal. Artinya kalau tidak berhati-hati akan terjadi pemberontakan dari mayoritas yang tidak berkuasa terhadap minoritas yang berkuasa. Salah kebijakan dan salah anggapan tentang agama mayoritas (Hindu) maka akan fatal akibatnya. Ini terbukti saat Aurangzeb meninggal, semua rakyat Hindu bergembira dan gubernur-gubernur leluasa untuk melepaskan diri dari Mughal.

Pada awal abad ke-17 M Jahangir mengizinkan Inggris (1610 M) dan Belanda (1617 M) untuk mendirikan pabrik pengolahan hasil pertanian di daerah Surath untuk meningkatkan produksi. Masuknya pihak asing terutama pada bidang perekonomian pada akhirnya akan menjadi malapetaka besar bagi Kerajaan Mughal.

Penyebaran Islam dan Kemajuan Ilmu Pengetahuan

Dalam perjalanannya, tentu Mughal memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan Islam. Pada masa Aurangzeb yang mengajak rakyatnya untuk memeluk Islam. Selain itu, gerakan ekspansi juga memberikan kontribusi besar terhadap penyebaran Islam.

Pada Kerajaan Mughal ini terdapat berbagai badan keagamaan yang didasarkan persatuan mahzab hukum, thariqat sufi, dan persatuan terhadap ajaran Syekh, ulama, dan wali individual. Sebagian ada yang Sunni dan ada yang Syiah. Pada masa Mughal juga berkembang thariqat Naqshabandiyah dan Qadiriyah yang menggantikan pengaruh thariqat Suhrawardiyah dan Christiyah.

Perkembangan ilmu pada masa Mughal mengalami perubahan dari masa sebelumnya di India. Pada masa Mughal aktivitas keilmuan mendapat perhatian besar dari penguasa. Hadiah-hadiah disediakan untuk para wali dan ulama, serta memberikan kebijakan bahwa setiap masjid harus memiliki sekolah rendah.

Pada masa Jahangir, harta orang kaya atau musafir yang tidak memiliki ahli waris dialihkan ke pembangunan sekolah baru dan memugar sekolah yang rusak. Masa Shah Jahan didirikan perguruan tinggi yang pada masa Aurangzeb perguruan tinggi dan sekolah semakin banyak didirikan.

Kitab-kitab yang bernilai tinggi juga dikarang pada masa Kerajaan Mughal ini. Kitab tersebut nantinya menjadi sumber sejarah oleh peneliti dan ilmuwan masa sekarang. Selain itu karya-karya sastrawan istana yang memiliki nilai seni yang tinggi dihasilkan, penyair yang terkenal adalah Muhammad Jayadi dengan karyanya Padmawat, sebuah karya alegoris yang di dalamnya terdapat wasiat-wasiat kebajikan jiwa manusia.

Persebaran Islam dan perkembangan aktivitas keilmuan menghasilkan perkembangan arsitektur yang menjadi simbol kebesaran peradaban yang dibangun Mughal. Hanya sedikit bangunan berarsitektur tinggi yang dibangun pada masa Mughal yang masih terpelihara. Di antaranya adalah Masjid Jami di Shambal, Masjid Besar Kabul. Bangunan yang dibangun pada masa jahangir dan Shah Jahan memiliki arsitektur yang indah dan kebanyakan berbahan marmer. Yang terkenal adalah Taj Mahal.

Taj Mahal adalah bangunan terpenting dan menjadi salah satu keajaiban dunia. Dalam pembuatannya para arsitek terkenal dari Persia, Arab, dan Turki diundang. Bangunan ini memiliki ciri yang khas, antara lain penggunaan marmer yang jumlahnya luar biasa banyaknya, perhiasan di bagian dinding dan atap yang timbul, dan ukiran yang terdiri dari kombinasi banyak warna.