Mengenal Antipiretik Serta Efek Sampingnya

Antipiretik adalah jenis obat untuk mengurangi demam dan nyeri ringan. Obat ini terdiri dari beragam jenis dengan fungsi yang berbeda. Ketahui lebih lanjut mengenai manfaat dan jenis antipiretik. Antipiretik adalah obat yang kerap diberikan untuk mengurangi demam dan ketidaknyamanannya.

Namun, penggunaan antipiretik membutuhkan resep dari dokter untuk mencegah efek samping, terutama pada orang dengan kondisi tertentu. Lalu, apa saja jenis dan manfaat antipiretik, serta efek samping apa saja yang perlu diantisipasi? Baca selengkapnya di artikel ini.

Jenis Obat Antipiretik dan Aturan Penggunaannya

Demam adalah reaksi sistem pertahanan tubuh untuk melawan infeksi penyebab penyakit. Ketika patogen masuk, sel tubuh akan mengaktifkan respon inflamasi karena peningkatan sel darah putih. Meski demikian, demam memicu ketidaknyamanan berupa sakit kepala dan berkeringat. Pemberian obat antipiretik bisa dilakukan untuk mengurangi keluhan tersebut dan mengatasi penyebabnya. Ada tiga jenis obat antipiretik, yaitu:

  1. Acetaminophen. Jenis ini diberikan untuk mengatasi nyeri ringan dan tersedia dalam bentuk kapsul, tablet kunyah, tablet cair, dan bubuk. Penggunaan obat ini harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan oleh dokter, karena dosis yang berlebihan berisiko merusak hati atau bahkan kematian.
  2. Salisilat. Salisilat umumnya diberikan untuk mengurangi nyeri atau demam. Pastikan Anda memeriksa aturan penggunaan salisilat sebelum dikonsumsi, karena obat ini memiliki beragam fungsi. Jika demam atau nyeri memburuk lebih dari seminggu atau disertai dengan iritasi kulit, hentikan penggunaan dan segera ke dokter.
  1. Obat Antiinflamasi Nonsteroid (NSAID). Jenis ini diberikan untuk mengurangi nyeri dan peradangan, serta menurunkan demam. NSAID bisa dikonsumsi oleh siapa saja, namun orang-orang dengan kondisi tertentu perlu berhati-hati sebelum mengonsumsinya, yaitu:
  • Ibu hamil atau menyusui.
  • Berusia di atas 65 tahun.
  • Wanita yang sedang menjalani program kehamilan.
  • Pengidap asma.
  • Pengidap maag.
  • Ada riwayat reaksi alergi terhadap NSAID.
  • Pengidap gangguan ginjal, hati, jantung, tekanan darah, dan sirkulasi atau usus.
  • Orang yang sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu.

Itulah jenis-jenis obat antipiretik yang penggunaannya bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi kesehatan Anda. Jika ada pertanyaan terkait manfaat, dosis, aturan penggunaan, dan efek samping, konsultasikan ke dokter untuk diberikan saran dan bantuan yang tepat.

Efek Samping Obat Antipiretik

Ada kemungkinan efek samping penggunaan obat antipiretik yang perlu diantisipasi. Efek samping tersebut berbeda-beda, tergantung jenis obat antipiretik dan tingkat keparahan gejala. Berikut beragam efek samping obat antipiretik yang perlu Anda ketahui:

  • Mual.
  • Muntah.
  • Nyeri ulu hati.
  • Sakit perut.
  • Konstipasi.
  • Diare.
  • Telinga berdenging.

Segera ke dokter jika efek samping di atas tidak berkurang. Selain itu, Anda perlu segera ke dokter jika muncul reaksi alergi atau efek samping yang serius berikut:

  • Sakit perut.
  • Sakit kepala yang luar biasa.
  • Mati rasa di satu sisi tubuh.
  • Lemah.
  • Nyeri dada yang meluas ke dagu atau lengan.
  • Keringat dingin.
  • Napas pendek.
  • Mual dan muntah terus-menerus.
  • Muntah yang disertai dengan darah.
  • Feses berwarna hitam.
  • Perdarahan terus-menerus.
  • Muncul memar tanpa penyebab yang jelas.
  • Pembengkakan di kaki atau pergelangan kaki.
  • Gangguan penglihatan.
  • Gangguan pendengaran.
  • Penyakit kuning.

Semua orang tentu pernah menggunakan obat antipiretik atau penurun panas, demam atau panas itu sendiri merupakan suatu kondisi di mana tubuh mengalami peningkatan suhu hingga mencapai 38 derajat celcius atau lebih.

Demam yang timbul tentunya akan mengganggu aktivitas seseorang, sehingga orang tersebut cenderung akan berusaha untuk segera menghilangkannya, salah satunya dengan mengonsumsi obat penurun panas yang dalam istilah medis disebut dengan antipiretik.

Demam merupakan suatu gejala yang timbul ketika tubuh sedang melawan penyakit. Demam sebenarnya adalah mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman infeksi. Pada saat terjadi infeksi, otak manusia akan menaikkan standar suhu tubuh di atas nilai normal sehingga tubuh akan mengalami demam. Demam bisa dianggap sebagai bukti bahwa sistem kekebalan bekerja dengan baik.