Mengenal Ketangguhan Sultan Thata Syaifuddin Pahlawan Jambi

Sultan Thaha Syaifuddin lahir pada tahun 1816 di Keraton Tanah Pilih, Jambi. Beliau lahir di tengah keluarga bangsawan, putra dari Sultan Fahruddin. Thaha kecil elalu dididik untuk bersikap rendah hati. Masa kecilnya pun dihabiskannya dengan bermain bersama anak-anak dari kalangan rakyat biasa.

Saat Sultan Thaha naik tahta, beliau membatalkan perjanjian yang menguntungkan Belanda. Belanda sangat marah dengan hal tersebut dan segera mengirimlkan pasukan ke Jambi pada 1858. Belanda menyiapkan tiga puluh kapal perang ke Muara Kampeh untuk menyerang Sultan Thaha. Namun, Sultan Thaha yang mendapatkan dukungan penuh dari rakyat, membalas serangan tersebut dengan menyerang benteng Belanda di Jambi. Serangan tersebut bahkan membuat Belanda kewalahan dan meminta bantuan dari pasukan Belanda yang berada di Aceh.

Di dalam lingkungan Istana Kesultanan Jambi, Belanda mengangkat kerabat Kesultanan Jambi untuk menjadi putra mahkota. Namun usaha Belanda tersebut sia-sia karena kerabat Kesultanan sangat mendukung penuh kebijakan Sultan Thaha.

Perlawanan Sultan Taha berlangsung lama hingga puluhan tahun. Sultan Taha membeli senjata dari pedagang-pedagang Inggris melalui Kuala Tungkal, Siak, dan Indragiri. Pada 1885, mereka kembali menyerang benteng Belanda di dalam kota Jambi dan menghancurkan pos militer Belanda di Muara Sabak. Mendapat serangan keras, Belanda meningkatkan operasi militer dengan mendatangkan pasukan dalam jumlah besar yang dipasok dari basecamp Magelang. Sultan Taha terpaksa meninggalkan Muara Tembesi dan pindah ke tempat lain.

Pada 31 Juli 1901, Belanda kembali menyerang Sultan Thaha dan pasukannya di Sarolangun. Dalam pertempuran tersebut Belanda menangkap pasukan Jambi. Namun, Belanda tidak dapat menangkap Sultan Thaha.

Pada tahun 1904, Belanda melakukan penyerangan ke markas Sultan Thaha di Sungai Aro. Kali ini pun Belanda gagal menangkap Sultan Thaha. Beliau berhasil meloloskan diri dari penyerangan tersebut walaupun dua orang panglima perangnya gugur. Perlawanan rakyat Jambi berakhir setelah Sultan Thaha wafat pada 26 April 1904 di Muara Tebo, Jambi.

Pada 24 Oktober 1977, berdasarkan Keppres Np.79/TK/1977, pemerintah menobatkan Sultan Thaha Syaifuddin sebagai pahlawan. Nama beliau pun diabadikan sebagai nama bandara, yaitu Bandar Udara Sultan Thaha Syaifuddin yang terletak di Kota Jambi. Selain itu juga disematkan sebagai nama perguruan tinggi negeri, yakni Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Thaha Syaifuddin yang juga berada di Kota Jambi, Povinsi Jambi.