Mengenal Untaian Zamrud di Khatulistiwa

Indonesia disebut sebagai “Untaian Zamrud di Khatulistiwa”. Mengapa hal ini terjadi? Karena negara kita terdiri dari ribuan pulau dan memiliki garis khatulistiwa, atau garis lintang nol. Satu-satunya kota di Indonesia yang berada di garis khatulistiwa ini adalah Pontianak. Jadi, selama pemerintahan Hindia Belanda, sebuah tugu didirikan untuk menandai lokasi garis khatulistiwa yang melintasi Kota Pontianak. Catatan tentang hal ini pada tahun 1941 ditemukan di V. en V oleh Opsiter Wiesse, dan dikutip dari Bijdragentot De Geographe dan Chep Van den topographeschen dien in Nederlandsch Indie: Den 3 Sten Maart 1928.

Pada catatan tersebut dijelaskan bahwa ada satu ekspedisi internasional yang dipimpin ahli geografi berkebangsaan Belanda yang datang ke Pontianak untuk menentukan titik lintasan garis khatulistiwa. Hingga kemudian pada tahun 1928 didirikan sebuah tugu sederhana berupa tonggak atau patok untuk menandai lintasan garis equator (khatulistiwa) tersebut. Saat itu tim ekspedisi mengandalkan pengamatan astronomi saja, karena teknologi canggih seperti Satelit dan GPS belum ada. Tahun 1930 dilakukan perbaikan. Tugu menjadi berbentuk tonggak dengan dilengkapi lingkaran dan anak panah.

Tugu khatulistiwa disempurnakan lagi oleh seorang opzicter/architech (arsitek) bernama Silaban pada tahun 1938. Bentuk tugu menjadi lebih rumit dan unik. Tugu Khatulistiwa yang asli terbuat dari kayu belian (kayu besi, atau kayu ulin) terdiri dari empat tonggak yang man 2 buah tonggak bagian depan dengan tinggi 3,05 meter dari permukaan tanah, 2 buah tonggak bagian belakang dengan tinggi 4,40 meter dari permukaan tanah.

Keterangan simbol berupa anak panah menunjukkan arah utara – selatan (lintang 0 derajat). Keterangan simbol berupa flat lingkaran yang bertuliskan “EVENAAR” yang artinya Khatulistiwa dalam Bahasa Belanda, yang menunjukan belahan garis Khatulistiwa atau batas utara dan selatan. Sedangkan plat di bawah arah panah ditulis “109° 20’ OLVGR”, artinya garis Khatulistiwa di kota Pontianak bertepatan dengan 109 derajat garis Bujur Timur 20 Menit 00 detik GMT.

Posisi nol derajat ini kini telah dikoreksi. Karena pada Maret 2005, Tim Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melakukan penelitian mengenai titik nol derajat di Pontianak. Hasil kajian mereka dengan bantuan teknologi modern, menunjukkan titik tersebut tidak benar benar berada di titik nol derajat. Posisi nol derajat ada di luar taman Tugu Khatulistiwa, tepatnya 117 meter ke arah Sungai Kapuas.

Pada tahun 1990 dibuatlah kubah dan duplikat tugu khatulistiwa dengan ukuran 5 kali lebih besar dari ukuran sebelumnya dan telah diresmikan pada tanggal 21 September 1991. Dengan adanya bangunan serta tribun baru yang dibangun oleh Pemkot Pontianak membuat kegiatan berwisata di sekitar tugu menjadi lebih nyaman. Ditambah dengan dibangunnya taman kota di tepi Sungai Kapuas oleh pemerintah setempat akan membuat kunjungan anda tidak membosankan. Kini keindahan tugu ini dapat dinikmati baik pada siang maupun malam hari.