Pulau Satonda : Danau Yang Memiliki Banyak Cerita Legenda

Pernahkah Anda mendengar nama Pulau Satonda?  Pulau di utara Gunung Tambora dan Pulau Sumbawa ini merupakan bagian dari Kabupaten Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Bagi Anda yang pernah mendaki Gunung Tambora, atau melakukan selling trip dari Bali dan Lombok menuju Flores, atau Pulau Komodo, mungkin nama Satonda sudah tidak asing lagi.

Satonda adalah salah satu pulau terindah Indonesia dengan ciri khas danau besar di tengahnya. Pulau elok tak berpenghuni ini menjadi tempat singgah untuk menikmati keindahan alam, danau, pantai, dan bawah lautnya. Namun, dibalik kecantikannya, Pulau Satonda dipenuhi berbagai hal misterius. Ada banyak mitos dan legenda menyelimuti pulau yang pernah dijadikan lokasi syuting film horor Indonesia ini.

Salah satu keunikan yang membuat Pulau Satonda ini terkenal adalah danau air asinnya. Danau ini memiliki kedalaman sekitar 75 meter. Alasan mengapa danau ini asin masih misterius hingga sekarang. Konon, nama danau yang nama aslinya Moti To’i ini dulunya adalah air tawar.

Hasil riset peneliti Jerman pada bulan Oktober tahun 1994, menyimpulkan bahwa danau air asin di Pulau Satonda ini kemungkinan hasil Tsunami akibat letusan Tambora pada tahun 1815. Sedangkan, menurut riset ahli vulkanologi pada tahun 2006, berpendapat bahwa 4000 tahun yang lalu ada terowongan di bawah laut, airnya merembes dan saking lamanya terowongan tersebut tertutup, jadilah danau air asin. Pendapat ketiga mengatakan bahwa Pulau Satonda adalah gunung api dasar laut. Saat meletus, air lautnya mengisi kawah

Konon kabarnya tingkat keasinan di danau ini dua kali lipat lebih asin dari air laut. Dengan demikian, kita bisa mengambang dan tidak akan tenggelam dari permukaan danau. Daya apung lebih besar karena tingkat keasinan lebih tinggi. Tingginya tingkat keasinan di danau Satonda membuat tidak banyak biota air bertahan hidup di dalam danau ini. Selain alga, atau semacam lumut yang tumbuh pada bebatuan di tepi danau, ada penghuni tetap danau Satonda, yaitu ikan-ikan kecil yang sering dijadikan ikan terapi oleh masyarakat. Masyarakat setempat menamai ikan tersebut dengan ikan Gobi.

Legenda di Pulau Satonda

Menurut legenda yang berkembang di masyarakat sekitar, dahulu kala hiduplah seorang raja yang menyukai seorang perempuan yang rupawan. Raja itu berniat menjadikan perempuan itu untuk menjadi istrinya. Namun ketika raja itu bercerita tentang dirinya, perempuan itu menyadari bahwa raja itu merupakan anaknya, sehingga ia menolak pinangan raja itu. Seketika itu juga raja marah dan bersikukuh ingin menikahi ibu kandungnya.

Kejadian itu tampaknya membuat sang dewa marah, yang kemudian meletuskan Gunung Tambora dan membuat daratan terpisah-pisah menjadi sebuah rangkaian pulau. Raja yang selamat, kemudian menangis dan menyesali perbuatannya. Kemudian, air mata raja yang mengalir tersebut berubah menjadi air danau yang berair asin, yang kita kenal sekarang dengan nama Danau Satonda.

Ketika berkunjung ke Danau Satonda, Momopal tak hanya bisa menikmatinya dengan memandangnya saja. Momopal dapat berenang dan merasakan betapa mudahnya mengambang di danau ini. Hal ini dapat terjadi karena kadar air asin yang dimiliki danau ini kabarnya dua kali lebih banyak dari pada air laut. Tak hanya air asinnya yang membuat danau ini menyerupai laut, namun juga terumbu karang dan ikan-ikan yang hidup di bawahnya. Namun, karena kadar asin yang sangat tinggi, tak banyak hewan laut yang mampu hidup di dalamnya. Hanya beberapa jenis ikan dan alga yang mampu bertahan.

Di tepi danau, Momopal akan melihat batu-batu yang bergantungan pada ranting pohon. Konon, masyarakat asli Sumbawa lah yang menggantungkan batu-batu tersebut, sebagai simbol dari doa dan harapan yang terkabul. Karena keunikannya itu, para pengunjung pun ikut menggantungkannya juga.

Di tepi danau ada deretan pohon yang rantingnya digantungi banyak batu. Pohon-pohon ini diberi nama Kalibuda atau harapan. Menurut kepercayaan masyarakat, pohon ini sangat keramat dan juga memiliki hal gaib. Batu-batu dirantingnya adalah lambang permohonan dan doa dari orang-orang. Jadi, orang-orang yang datang ke sini, katanya dengan menggantungkan batu di pohon ini dipercaya keinginan mereka akan terkabul.

Menariknya, tak hanya masyarakat lokal, orang bule juga banyak yang mempercayai kekuatan pohon gaib tersebut. Pernah ada cerita seorang turis Belanda, Ia bersemedi di danau berharap bisa mendapat keturunan. Dengan keyakinan dia, akhirnya bisa hamil dan bisa datang lagi ke danau ini membayar apa yang ia nazarkan.

Selain dianggap keramat, ternyata pohon Kalibuda juga sangat beracun. Beberapa kasus pernah menimpa masyarakat dan pengunjung yang tidak mengetahui asal-usul pohon ini. Mulai dari diare, hingga keracunan. Beberapa masyarakat pernah mengalami kisah seram ketika menggantungkan batu di pohon ini. Ketika berjanji mereka menggantung batu, kemudian jika keinginannya terkabul atau sukses, tapi tidak membayar nazarnya maka orang tersebut akan didatangi oleh sosok ibu-ibu di dalam mimpi.

Pulau Satonda juga memiliki sejarah penting mengenai asal muasal Kerajaan Bima. Konon, Pulau Satonda merupakan tempat asalnya raja-raja Bima. Hal ini tercatat dalam Kitab Bo Sangaji Kai milik kesultanan Bima. Pulau Satonda dalam kepercayaan masyarakat Bima, dahulu dalam syair Bo Sangaji Kai, ketika sang Bima ke timur, Pulau Satonda adalah awal dia menapakkan kakinya ke bumi, hingga dia bertemu dengan seorang putri cantik yang akhirnya dinikahinya.