Mengenal Leshan Giant Buddha di Tiongkok

Tiongkok merupakan negara yang sangat diminati oleh para wisatawan dari berbagai penjuru dunia. Dengan wilayahnya yang luas, ada banyak juga tempat wisata yang tersebar di tiap wilayah Tiongkok. Dari wisata alam, belanja, kuliner, sejarah, religi, semua ada. Namun, wisata sejarah dan religi di Tiongkok dapat menjadi salah satu wisata yang menarik untuk Anda jelajahi.

Mengenal Leshan Giant Buddha

Tiongkok terkenal dengan sejarah dinasti dan religi Budhanya yang begitu kental. Hal tersebut dapat kita lihat di tempat wisata sejarah dan religi yang sangat diminati, salah satunya Leshan Giant Buddha atau Patung Buddha Raksasa Leshan. Patung batu Buddha ini merupakan patung Budha raksasa tertinggi di dunia dengan tinggi 71 meter dan lebar 28 meter ini dipahat pada bebatuan permukaan tebing yang berlokasi di wilayah selatan propinsi Sichuan, dekat kota Leshan. Lokasi ini jadi pertemuan tiga sungai, yaitu Sungai Min, Sungai Qingyi, dan Sungai Dadu, Tiongkok.

Menurut sejarahnya, patung ini dibangun tahun 713 M pada masa Dinasti Tang dan selesai pada tahun 803 M dan merupakan ide dari seorang biksu bernama Hai Tong. Pada waktu itu, perhatian Hai Tong tertuju pada keselamatan para pencari nafkah di sekitar pertemuan tiga sungai tersebut.

Banyak terjadi kecelakan kapal dan bencana yang dipercaya karena roh air di wilayah tersebut. Oleh karena itulah, Hai Tong memutuskan untuk mengukir patung di samping sungai dengan harapan Buddha akan membawa roh air di bawah kendali. Selain itu, batu yang jatuh pada saat pengukiran tebing akan mengurangi gaya air di sana.

Setelah 20 tahun memohon sedekah, Hai Tong akhirnya mengumpulkan cukup uang untuk merealisasikan rencana tersebut. Namun, ketika uang pendanaan untuk pembangunan tersebut terancam oleh pejabat yang ingin menyalahgunakan, Hai Tong mengatakan kepada mereka bahwa mereka bisa mendapatkan bola matanya, tetapi bukan uang yang dikumpulkan untuk Sang Buddha. Setelah Hai Tong mencungkil bola matanya, para pejabat itu lari ketakutan.

Proyek ini setengah selesai ketika Hai Tong meninggal, lalu dua muridnya melanjutkan proyek tersebut. Setelah bekerja keras selama 90 tahun, proyek itu akhirnya selesai. Selain sejarahnya yang begitu menarik, patung ini sendiri memiliki banyak keunikan. Patung ini juga dikenal dengan sebutan “dafo” atau pahatan patung Buddha Maitreya yang tengah duduk dengan tangan bertumpu pada kedua lututnya, serta mata yang memandang ke arah sungai. Maitreya adalah Buddha masa depan yang muncul untuk menceramahi dharma setelah ajaran Buddha Gautama mulai menghilang.

Keunikan yang lain adalah adanya beberapa saluran pembuangan tersembunyi yang dibangun pada bagian rambut, leher, dada, serta di lubang-lubang yang ada di belakang telinga patung Buddha. Saluran pembuangan ini berfungsi untuk mencegah erosi dan pelapukan pada patung.

Di salah satu teras di sebelah telinga Buddha, terdapat patung biksu Hai Tong. Di belakangnya, terdapat Museum Kuil Lingyun, tempat para pengunjung dapat mempelajari proses konstruksi serta renovasi “dafo”. Sampai sekarang, patung ini telah dirawat secara teratur selama 1.200 tahun.

Kekaguman Anda tidak akan terhenti pada sejarah dan kemegahan Leshan Giant Buddha saja. Keindahan panorama di Kawasan wisata ini sungguh sangat memesona. Pemandangan alam yang begitu hijau dan asri dipadukan dengan patung yang berada di tebing berwana coklat kemerahan menambah keindahan tempat wisata ini.

Setelah patung selesai dibangun, masyarakat setempat sangat terkesan dengan keberhasilan proyek tersebut dan menganggap patung ini sebagai lambang keberhasilan dan kemakmuran. Patung Buddha tersebut juga dianggap sebagai simbol persatuan dan perdamaian di antara masyarakat yang berbeda agama dan etnis di Tiongkok.

Untuk mencapai The Giant Buddha, pengunjung harus melewati tangga curam yang terdiri dari 216 anak tangga dan melintasi jembatan di atas sungai. Meskipun perjalanan ke sana mungkin melelahkan, pengunjung akan disambut oleh pemandangan yang memukau dari patung Buddha yang megah dan keindahan alam sekitarnya.